Abstract:
Pondok Pesantren merupakan wadah belajar bagi para santri muslim. Secara umum pondok pesantren dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bentuk. Yakni pondok pesanren tradisional (salaf) dan pondok pesantren modern
(kholaf). Pengklasifikasian pondok pesantren didasarkan pada kurikulum dan metode pengajian. Namun seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), saat ini permasalahan dikotomi ilmu tersebut
sudah mulai lebur, karena adanya kesadaran pengelola pondok pesantren yang mengajarkan agama Islam secara
menyeluruh (kaffah) kepada para santri. Karakter mandiri, merupakan salah satu nilai yang diajarkan pada pondok
pesantren. Melalui internalisasi nilai kewirausahaan maka karakter kemandirian santri akan terbentuk.
Pemberdayaan pada berbagai jenis kewirausahaan merupakan wujud usaha (ikhtiar) dalam mewujudkan santri
yang mandiri. Adapun langkah yang menjadi tahapan dalam internalisasi nilai entrepreneur pada santri: 1)
menyampaikan dalil-dalil naqli tentang entrepreuner. 2) mengadakan pelatihan entrepreuner. 3) mengadakan
pendampingan entrepreneur. Metode yang digunakan untuk menanamkan nilai entrepreuner adalah metode
ceramah dan metode uswah. Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini, bahwa : 1) Dalam proses perancangan
pelaksanaan kegiatan PPM harus memperhatikan riset-riset pendahuluan terkait dengan isu terkini dalam konteks
PPM dan menganalisis kebutuhan khalayak sasaran. 2) Pelatihan teknik sablon pada media kain/kaos dan seminar
kewirausahaan, dinilai cukup efektif menjadi bekal peserta menjadi santripreneur yang siap terjun kemasyarakat
karena mereka sudah dibekali salah satu keahlian ekonomi kreatif yakni sablon pada media kain/kaos.