dc.description.abstract |
Revolusi mental merupakan slah satu gerakan yang diusung oleh Presiden Joko Widodo
untuk memperbaiki mental bangsa Indonesia. Diadakannya gerakan revolusi mental, dapat
dipahami karena dilatar belakangi oleh adanya temuan beberapa kasus yang dinilai negatif.
Seperti beredarnya narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) dikalangan masyarakat,
khususnya pemuda. Premanisme, korupsi, pelecehan seksual dan lain-lain. Dengan
dilakukannya revolusi mental, diharapkan dimensi-dimensi yang ternilai negatif dapat
dirubah menjadi ternilai positif (baik). Program revolusi mental tidak akan berhasil
diwujudkan tanpa adanya sinergi yang apik di antara rakyat Indonesia yang melaksanakan
kebijakan Pemerintah dengan Pemerintah Indonesia yang memiliki otoritas dalam membuat
kebijakan.
Bagi kaum muslimin, pada khususnya, dan bagi umat manusia pada umumnya, figur Nabi
Muhammad SAW adalah teladan yang telah melaksanakan revolusi mental umat, sehingga
berhasil mengantarkan umat manusia dari kegelapan kebodohan (jahiliyah) menjadi
keberadaban dalam pergaulan kemanusiaan dan ketuhanan. Berkaitan dengan revolusi mental
ada misi suci yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW, yakni “menyempurnakan Akhlak”.
Akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan. Dengan demikian, akhlak
merupakan cerminan jiwa yang terlihat, karena jiwa sifatnya masih abstrak dan tidak
tersentuh oleh panca indera. Sehingga ia akan muncul secara spontan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan karena telah menjadi karakter hidupnya.
Revolusi mental dalam bidang pendidikan, sangat penting untuk dilakukan. Revolusi dapat
dilakukan dengan mengusahakan terlaksananya proses internalisasi akhlak yang mulia.
Dengan berdasarkan pada 10 dasar akhlak mulia, yakni: Taubat, Zuhud, ‘uzlah, Qana’ah,
Sabar, Tawakkal, Dzikir, Tawajjauh, Muraqabah, dan Ridlo. Internalisasi akhlak mulia
merupakan tanggung jawab dari orang tua, guru dan masyarakat. Tahapan internalisasi dapat
dilakukan melalui empat tahapan sehingga menjadi karakter. Adapun 4 tahapan tersebut: 1)
pemahaman, 2) pelatihan, 3) pembiasaan dan 4) menjadikan akhlak mulia sebagai karakter. |
en_GB |